KOMPAS
Selasa, 31 Oktober 2006
Zat Unik Max, Pengupas Kulit Kedelai
Oleh: Mahdi Muhammad
Tempe dan tahu adalah makanan sehari-hari masyarakat di Indonesia. Masyarakat dari berbagai lapisan dan strata sosial menyenangi makanan ini karena memiliki tingkat gizi yang cukup tinggi, terutama protein.
Namun, bagi para pembuatnya, mengubah kacang kedelai menjadi tempe maupun tahu menjadi kesulitan tersendiri karena sulitnya mengupas kulit kacang kedelai tersebut. Butuh waktu lebih dari beberapa jam hanya untuk mengupas kulit kacang kedelai yang keras.
Bahkan, cara paling sederhana untuk mengupas kulit kedelai, yaitu dengan merendam ratusan kilogram kedelai dalam air panas dan diinjak-injak dengan kaki agar kulit kacang mengelupas, masih tergolong banyak mengeluarkan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
Maxentius Umbu Hina Djingga Kadu, peneliti pangan asal Bandung, yang ditemui di rumahnya pertengahan bulan Oktober lalu, mengatakan, dirinya menemukan cara sederhana, cepat, dan mudah untuk mengupas kulit kacang kedelai.
Kulit kedelai, yang tersusun dari ribuan sel yang terdiri dari unsur pektin, kalsium, selulosa, dan hemi selulosa inilah yang dicoba diuraikan agar pengupasan menjadi lebih cepat. Berbekal pengalamannya membuat cairan selulosa murni, membuat Max, berkeinginan membuat teknologi pangan yang sederhana dan murah. Max menamakan zat yang ditemukannya MaXen Kupass-1,34 TR. Namanya sengaja mengandung unsur namanya sendiri. "Zat ini yang nantinya akan membantu perusakan dinding-dinding sel yang menyusun kulit kacang kedelai dengan lebih cepat," ujar Max.
Zat MaXen yang dibuat Max dikauinya menggunakan bahan-bahan nabati dan hewani yang tersedia di berbagai daerah di Indonesia. Max menjamin tidak ada bahan pengawet dalam zat MaXen ini.
Max menjelaskan, cara kerja zat yang dibuatnya hanya dalam waktu beberapa bulan ini adalah dengan melarutkan zat ini bersama dengan rendaman kacang kedelai. Zat-zat yang terkandung dalam larutan itu otomatis akan merusak dinding- dinding sel penyusun kulit kacang kedelai.
"Unsur yang harus dirusak dalam kulit kacang kedelai adalah kalsium pektinat. Ikatan-ikatan yang menyusunnya harus dibuat lemah. Kalau sudah lemah, dengan sendirinya kulit kacang kedelai yang keras itu akan mudah terkelupas," ujar Max. Ditambah dengan infiltrasi air ke dalam tubuh kacang kedelai, membuat proses pengelupasan semakin mudah.
Berbeda dengan proses pengupasan kulit kacang kedelai yang menggunakan air panas, Max hanya membutuhkan air ledeng biasa dan melarutkan zat yang dibuatnya. Maka proses pengelupasan pun berjalan lancar.
Dalam percobaan sederhana yang dilakukan Max di depan Kompas, zat organik MaXen dibuat dalam bentuk tepung dan dimasukkan dalam kapsul. Hal ini sengaja dilakukan untuk menunjukkan bahwa zat organik ini bisa dibuat dalam bentuk cair maupun tepung (kapsul).
Satu kapsul berisi tepung zat organik MaXen itu dicampur dengan satu liter air dingin yang akan digunakan untuk merendam satu kilogram kacang kedelai. Ini berbeda dengan cara konvensional yang menggunakan air panas agar kulit kedelai menjadi lunak. Setelah lima menit berlalu, di permukaan air mulai tampak beberapa kulit kacang kedelai yang sudah benar-benar terkelupas. Jumlahnya terus bertambah hingga usai 20 menit perendaman.
Hemat biaya
Max menyatakan, dibandingkan dengan cara pengupasan konvensional, metode dan alat yang digunakannya sangat irit bahan baku air dan efisien. Bila dihitung menggunakan zat MaXen ini hanya menghabiskan dana kurang dari Rp 300 untuk satu kali pengupasan. "Bandingkan dengan pengupasan menggunakan cara konvensional. Setelah dihitung, cara ini lebih efisien 72 kali dibandingkan dengan cara konvensional," tuturnya berpromosi.
Untuk pengupasan konvensional, setidaknya diperlukan air tiga kali lipat (1:3) dibandingkan dengan menggunakan zat organik MaXen. Cara konvensional juga membutuhkan minyak tanah atau gas elpiji untuk merebus air panas sebelum dicampurkan dengan kacang kedelai. Sedangkan dengan cara baru ini, sama sekali tidak menggunakan minyak tanah atau gas elpiji. Cukup dengan air ledeng atau PAM saja.
Saat ini MaXen sedang dalam tahap pendaftaran hak cipta di Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. "Nantinya akan diproduksi dalam bentuk kapsul. Kalau cairan, akan susah mengirim ke berbagai daerah karena perusahaan ekspedisi jarang mengangkut cairan," katanya.
Sekarang sudah ada pengupas kulit kedelai sederhana, murah dan cepat. Bagaimana dengan produksi kedelai? Apakah tetap akan mengimpor dari luar?
Zat Unik Max, Pengupas Kulit Kedelai
Oleh: Mahdi Muhammad
Tempe dan tahu adalah makanan sehari-hari masyarakat di Indonesia. Masyarakat dari berbagai lapisan dan strata sosial menyenangi makanan ini karena memiliki tingkat gizi yang cukup tinggi, terutama protein.
Namun, bagi para pembuatnya, mengubah kacang kedelai menjadi tempe maupun tahu menjadi kesulitan tersendiri karena sulitnya mengupas kulit kacang kedelai tersebut. Butuh waktu lebih dari beberapa jam hanya untuk mengupas kulit kacang kedelai yang keras.
Bahkan, cara paling sederhana untuk mengupas kulit kedelai, yaitu dengan merendam ratusan kilogram kedelai dalam air panas dan diinjak-injak dengan kaki agar kulit kacang mengelupas, masih tergolong banyak mengeluarkan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
Maxentius Umbu Hina Djingga Kadu, peneliti pangan asal Bandung, yang ditemui di rumahnya pertengahan bulan Oktober lalu, mengatakan, dirinya menemukan cara sederhana, cepat, dan mudah untuk mengupas kulit kacang kedelai.
Kulit kedelai, yang tersusun dari ribuan sel yang terdiri dari unsur pektin, kalsium, selulosa, dan hemi selulosa inilah yang dicoba diuraikan agar pengupasan menjadi lebih cepat. Berbekal pengalamannya membuat cairan selulosa murni, membuat Max, berkeinginan membuat teknologi pangan yang sederhana dan murah. Max menamakan zat yang ditemukannya MaXen Kupass-1,34 TR. Namanya sengaja mengandung unsur namanya sendiri. "Zat ini yang nantinya akan membantu perusakan dinding-dinding sel yang menyusun kulit kacang kedelai dengan lebih cepat," ujar Max.
Zat MaXen yang dibuat Max dikauinya menggunakan bahan-bahan nabati dan hewani yang tersedia di berbagai daerah di Indonesia. Max menjamin tidak ada bahan pengawet dalam zat MaXen ini.
Max menjelaskan, cara kerja zat yang dibuatnya hanya dalam waktu beberapa bulan ini adalah dengan melarutkan zat ini bersama dengan rendaman kacang kedelai. Zat-zat yang terkandung dalam larutan itu otomatis akan merusak dinding- dinding sel penyusun kulit kacang kedelai.
"Unsur yang harus dirusak dalam kulit kacang kedelai adalah kalsium pektinat. Ikatan-ikatan yang menyusunnya harus dibuat lemah. Kalau sudah lemah, dengan sendirinya kulit kacang kedelai yang keras itu akan mudah terkelupas," ujar Max. Ditambah dengan infiltrasi air ke dalam tubuh kacang kedelai, membuat proses pengelupasan semakin mudah.
Berbeda dengan proses pengupasan kulit kacang kedelai yang menggunakan air panas, Max hanya membutuhkan air ledeng biasa dan melarutkan zat yang dibuatnya. Maka proses pengelupasan pun berjalan lancar.
Dalam percobaan sederhana yang dilakukan Max di depan Kompas, zat organik MaXen dibuat dalam bentuk tepung dan dimasukkan dalam kapsul. Hal ini sengaja dilakukan untuk menunjukkan bahwa zat organik ini bisa dibuat dalam bentuk cair maupun tepung (kapsul).
Satu kapsul berisi tepung zat organik MaXen itu dicampur dengan satu liter air dingin yang akan digunakan untuk merendam satu kilogram kacang kedelai. Ini berbeda dengan cara konvensional yang menggunakan air panas agar kulit kedelai menjadi lunak. Setelah lima menit berlalu, di permukaan air mulai tampak beberapa kulit kacang kedelai yang sudah benar-benar terkelupas. Jumlahnya terus bertambah hingga usai 20 menit perendaman.
Hemat biaya
Max menyatakan, dibandingkan dengan cara pengupasan konvensional, metode dan alat yang digunakannya sangat irit bahan baku air dan efisien. Bila dihitung menggunakan zat MaXen ini hanya menghabiskan dana kurang dari Rp 300 untuk satu kali pengupasan. "Bandingkan dengan pengupasan menggunakan cara konvensional. Setelah dihitung, cara ini lebih efisien 72 kali dibandingkan dengan cara konvensional," tuturnya berpromosi.
Untuk pengupasan konvensional, setidaknya diperlukan air tiga kali lipat (1:3) dibandingkan dengan menggunakan zat organik MaXen. Cara konvensional juga membutuhkan minyak tanah atau gas elpiji untuk merebus air panas sebelum dicampurkan dengan kacang kedelai. Sedangkan dengan cara baru ini, sama sekali tidak menggunakan minyak tanah atau gas elpiji. Cukup dengan air ledeng atau PAM saja.
Saat ini MaXen sedang dalam tahap pendaftaran hak cipta di Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. "Nantinya akan diproduksi dalam bentuk kapsul. Kalau cairan, akan susah mengirim ke berbagai daerah karena perusahaan ekspedisi jarang mengangkut cairan," katanya.
Sekarang sudah ada pengupas kulit kedelai sederhana, murah dan cepat. Bagaimana dengan produksi kedelai? Apakah tetap akan mengimpor dari luar?
5 komentar:
bapak max umbu yth :
apakah hasil temuan bapak bisa digunakan untuk melunakkan kulit ari pada jagung ?
apakah sudah diproduksi ?
apa nama produknya ?
bagaimana cara membelinya ?
berapa harganya ?
via email : asrokinkin@gmail.com
Saya tertarik tentang MaXen Kupass-1,34 TR ini, perkenankan saya untuk mengetahui info lebih dari produk ini
Jika sudah di produksi, dimanakah saya bisa mendapatkan ini?
Balasan anda sangat bermanfaat bagi saya:
azmifawwaz.ijul@gmail.com
Saya jg tertarik,dmn belinya ?? Trimakasih infonya.dasiswulan@gmail.com
Waooooo
Saya juga pingin beli tlg emailkan gimana caranya.trimakasih
daryantoama@yahoo.co.id
Posting Komentar